Monday, January 11, 2016

Stop Mommy War for World Peace

Pagi tadi Si Boy kooperatif banget. Makannya nggak pakai main-main, mandi juga nggak pakai nangis (tapi dia nego nggak pakai keramas :D), relatif mudah dibujuk pakai baju koko pilihan Mama, lalu ketika Mama pamit juga tenang.
"Mama pergi dulu ya, Nabiel baik-baik di sekolah ya sama Bunda."
"Iyaa.."
"Nanti kalau kangen Mama telpon aja ya."
"Iyaa.. Acayamuayaikum Mama.."
"Waalaikumsalam Mas.."
"Ciyum duyuu.."

Wiiiih... 180' dibanding Jum'at kemarin. Yang sarapannya cuma mau seiprit dilepeh-lepeh, yang mandi pakai kejar-kejaran dan meronta-ronta, yang awul-awul lemari dan bersikeras mau pakai piyama terus ndlosor di lantai, membik-membik bilang, "Nabiel tidak mau cekoyaah... Mama tidak usah keyja, main-main saja ama Nabiel."

Yah, begitulah. Kondisi tiap hari nggak selalu sama. Kadang muluuus, kadang pakai drama sekian episode. Ini berpengaruh terhadap bagaimana kita bereaksi terhadap segala hal. Kalau pas cool, bisa kepala dingin nanggepin provokator. Nah kalau pas pagi udahlah pakai agenda mewek-mewek, kebawa mellow seharian, terus siangnya baca tulisan yang dengan kejamnya bilang Working Mom = Part-Time Mother... apalagi pas PMS! hiiiihhh... apa nggak pengen tuh KAMEHAMEHA-in penulisnya??

Tapi terus daku bayangin, pasti sama aja lah kalau misalnya daku kerja dari rumah. Pan PMS bisa menjangkiti semua wanita dimanapun dia berada. Udah capek momong anak, never-ending beberes rumah/cucian/setrikaan/dapur, eh ada yang bilang nggak kerja... Hiiiaaaatt!!! *lempar wastafel*

Mommy War itu kok sepertinya nggak ada habisnya ya? Baru cooling down beberapa hari, eh ada aja yang nyiram bensin. Wuushh.. nyala lagi.

Gimana mau tercapai perdamaian dunia kalau emak-emaknya constantly at war?
Ah, harusnya Miss Universe itu ditanyain tentang Mommy War kok.. Mosok dari dulu cuma wod pas wod pis* aja..