Galau..
Hari gini kok masih galau? Lha iya, dapat surat pemberitahuan dari
daycarenya Nabiel, bahwa selama bulan puasa ini, daycare hanya buka dari
jam 7-12. Duh.. emangnya kantor Nyak Babe-nya ikut-ikutan masuk
setengah hari kerja??
Dititipin eyangnya? Tiap hari? Emang eyangnya nggak ada kesibukan lain?
Pas galau-galau sedap begini, Mbakyu
Puranti Wiji Rahayu ngirimin tulisan pengalamannya di Jepang, tentang hoikuen alias penitipan anak.
Alhasil sekarang MamaNyu nggak cuma galau, tapi juga mupeng!
***
 |
Anak senang, Mama tenang |
Sedikit cerita ya soal penitipan anak di Jepun
Ada 3 jenis penitipan anak (hoikuen) utk anak usia pra-SD di Jepang;
1) hoikuen negri/pemerintah;
2) swasta dg subsidi pemerintah dan
3) swasta full
Hoikuen diperuntukkan utk anak2 yg kedua orangtuanya bekerja (sekolah jg boleh) terutama IBU.
Pada umumnya wanita Jepang tidak bekerja di luar rumah (eks. Kantoran)
setelah menikah atau punya anak. Hal ini sesuai dg tradisi dan jg
anjuran pemerintah Jepang agar ibu2 mengasuh anaknya sendiri. Tau gak,
konsekuensi dr anjuran pemerintah ini, maka gaji pns jepun ditransfer
langsung ke rekening istri masing2 :) :) :)
Mereka (ibu2) yg (terpaksa) bekerja mencari nafkah pada umumnya adalah
yg dari kalangan menengah ke bawah shg gaji suami saja tidak cukup utk
memenuhi kebutuhan se-hari2. Dengan asumsi inilah maka pemerintah Jepang
mengutamakan ibu2 yg terpaksa bekerja ini dg menyediakan tempat
pengasuhan yg layak bagi anak2 dr ibu pekerja. Filosofinya: anak2 yg
diasuh dg baik (terawat) akan membuat orangtua-nya tenang dlm bekerja.
Dan hasilnya tentu saja pekerja yg lebih produktif dan kinerjanya baik.
Untuk mendapatkan tempat pengasuhan anak di hoikuen tidak mudah,
bagaimanapun anggaran pemerintah terbatas, terutama utk hoikuen no.1 dan
2.
Pertama orangtua harus mendaftar di city hall (biasanya satu
semester sebelumnya) di web city hall diunggah informasi lengkap
mengenai "kursi" hoikuen yg tersedia, misalnya Hoikuen A punya lowongan 5
"kursi" utk anak usia 4 tahun, Hoikuen B punya lowongan 3 "kursi" utk
anak umur 2 tahun dst. Oya, masing2 hoikuen pada umumnya menyediakan
kelas utk anak umur 0-5tahun. Semakin kecil kelas umur, semakin sedikit
lowongannya. Asumsinya, 15 anak umur 5 tahun mungkin dpt diasuh 1 guru
sendiri, tapi satu anak umur 2 bulan perlu ditangani 1 guru sendiri.
Saat mendaftar, orangtua perlu mengisi berkas2 yg banyaknya bisa
setebal dokumen pengadaan disini. Contoh bbrp hal yg ditanyakan dlm
berkas pendaftaran hoikuen, misalnya:
1) Apakah ayah dan ibu
bekerja atau ayah saja atau ibu saja; (Ayah bekerja dianggap biasa/tidak
diprioritaskan utk diterima, ibu bekerja, lanjuuut...)
2) Apakah
ibu bekerja atau tinggal dirumah; jika bekerja maka harus melampirkan
jadwal bekerja yg distempel kepala perusahaan. Aku waktu itu jg harus
melampirkan jadwal yg distempel sensei yg intinya menunjukkan bahwa dg
jadwalku itu tidak memungkinkan mengasuh anak sendiri, untungnya sekolah
jg dihitung bekerja, hehe...
3) Jika ibu tinggal di rumah, apakah
sehat/mampu mengasuh anak atau tidak; ibu yg sakit berat (misal stroke)
yg tidak mampu mengasuh anak mendapat prioritas;
4) Bagi ibu yg
tinggal dirumah dan sehat, apakah punya lebih dr satu balita yg harus
diasuh bersamaan atau tidak, jika iya boleh mendaftar, jika tidak maka
tidak boleh;
Ibu yg tinggal di rumah dan sehat dan tidak punya 2
atau lebih balita yg harus diasuh bersamaan, tidak boleh mendaftarkan
anaknya ke hoikuen, tapi harus ke youchien (TK biasa, pulang jam 12 atau
jam 1 siang 😀)
5) Apakah masih ada kakek atau nenek di dekat rumah
yg bisa membantu mengasuh anak; jika ada maka prioritas berkurang; jika
tidak ada maka lanjuuut...
Seingatku bbrp pertanyaan jg menyangkut perkembangan anak dr lahir; perkembangan ukuran tubuh, perkembangan lain2...
Dst....
Orangtua biasanya diijinkan memilih 3 hoikuen pilihannya, bisa
berdasarkan jarak dr rumah atau peluang diterima. Prioritas untuk
diterima dibuat berdasarkan jawaban dr daftar pertanyaan2 dlm berkas yg
diisi. Jika sudah diterima biasanya anak mesti menjalani tes kesehatan,
bukan berarti yg tidak sehat tidak diterima, tapi justru mau diberi
fasilitas khusus yg diperlukan sesuai kondisi kesehatannya/kebutuhan
khususnya. Oya, imunisasi jg kudu komplet! Jd buat teman2 yg berencana
sekolah ke Jepang bawa anak, KMS-nya jangan sampe ilang yaa karena
diperlukan jg buat syarat pendaftaran. Belum lagi nanti ditambah
imunisasi khusus yg hrs dilakoni utk bbrp penyakit endemik Jepang,
misalnya imunisasi utk radang otak Jepang.
Buat anti vaksin, hmmm...
Jika masuk hoikuen pemerintah biayanya gratis, full. Utk hoikuen yg
disubsidi pemerintah tergantung penghasilan orangtua. Anakku yg sulung
masuk hoikuen swasta yg disubsidi pemerintah, karena beasiswa tdk
dihitung sbg penghasilan (yg layak :p), maka hoikuen nya gratis
tisss...hehehe...
Jam pengasuhan rata2 mulai jam 8 pagi (bisa
datang sblm jam 8) sampai jam 6 sore (anak boleh dijemput sebelum jam 6
sore). Setelah jam 6 sore masih bisa menitipkan anak tapi kena charge.
Ini sih pas banget, aku biasanya jemput anak jam setengah 5 sore, pas
kerjaan dilab selesai. Baru nitip sampe kena charge kalo ada keperluan
mendesak saja.
Jika orangtua/ibu bekerja pd hari sabtu, maka anak juga bisa dititipkan di hoikuen pd hari sabtu (minggu tetep libur). Hoikuen tetap buka pd musim liburan seperti liburan musim panas, meski
sekolah2 biasa libur. Pokoknya hoikuen baru libur saat rata2 orangtua jg
libur, misalnya pas golden week atau liburan akhir tahun.
Di
hoikuen makan dan snack, termasuk susu gratis. Anak2 dg alergi makanan
tertentu diperhatikan (catatannya harus lengkap), termasuk jika hanya
mau makan makanan halal diperbolehkan/tidak akan diberi makanan yg tidak
halal.
Pengasuh2 di hoikuen baik-baiiiiikkk banget. Aku suka
malu sendiri kalau pas njemput sore hari liat para sensei ikut lari2
main petak umpet sama anak2. Padahal kalau disini, kalau anak2 main sama
anak tetangga, ibunya ya duduk2 ngrumpi sama ibu2 yg lain.
Eh, ini baru cerita untuk penitipan anak usia pra-SD ya. Untuk yg anak
SD ada lagi ntar ceritanya..., sekedar berbagi pengalaman aja...
Semoga bermanfaat :D :D :D